Di hari ulang tahu Indonesia
yang ke-71 beberapa minggu yang lalu, rakyat Indonesia merayakannya dengan
tradisi lomba-lombadi setiap kampung. Mulai dari balap karung, makan kerupuk,
panjat pinang, dan sebagainya. Namun, ada sebagian masyarakat di daerah
tertentu yang tidak pernah kita tahu (pelosok umpama) yang tidak memasang raut
senyum di wajahnya--- atau malah tidak ikut merayakannya. Bagi mereka, bila
Indonesia belum bebas dari pejabat korupai, kekerasan, perkosaan, penculikan
dan lain sebagainya, Indonesia belum bisa dikatakan "benar-benar"
merdeka. Itu baru sebatas kata dan ucapan. Kita lihat lebih dekat oleh mata
kita, jalanan dipenuhi remaja yang belum memiliki SIM namun sudah berani
mengendarai sepeda motor dan mobil tanpa malu-malu. Kita lihat orang-orang
berkelahi karena persoalan yang sepele dan tidak mau kalah dengan ego
masing-masing. Kita lihat orang-orang lebih senang menyebrang jalan di tempat
sembarang. Kita lihat orang-orang berani menerobos lampu merah apabila
perempatan sedang sepi kendaraan. Kita lihat para pemuda mengacungkan jari
tengahnya dan mengisap rokok di dekat orang tidak berdosa. Kita lihat para
pedagang tidak segan menjajakan dagangan mereka dan merebut hak pejalam kaki di
trotoar. Kita belum merdeka, jika kita masih melihatnya. Apa Indonesia sudah
merdeka? Jika para pelajar malas di hari Senin dan mencari-cari alasan untuk
menghindari upacara bendera. Jika saat berbaris kita lebih senang berbincang
bersama teman sebelah dan merasa tidak peduli dengan lagu Mengheningkan Cipta.
Jika teks pancasila hanya diucap ulang tapi tidak diamalkan di hidup kita. Jika
kita merasa bahwa upacara adalah hal yang biasa, hal yang kita pikir tidak usah
diadakan, hal yang belum pernah kita pahami artinya. Anak-anak dan remaja lebih
hafal lagu barat ketimbang nasional maupun daerah. Ketika lagu Loveyourself
lebih mengenai hati kita ketimbang Indonesia Raya. Jika wayang kita buang dan
sinetron kita sayang. Jika kita lebih senang melihat acara komedi ketimbang konfik
Indoensia yang disiarkan di berita-berita, di koran-koran, di radio rumah kita,
di speaker masjid, di majalah-majalah yang seringkali kita acuhkan. Kita harus
sadar pekerjaan negara dan tanggung jawabnya adalah bagian kita juga. Kita
harus mulai merubah diri kita, membuka mata demi negara Indonesia yang lebih
baik kedepannya. Kita harus mulai membuat pergerakan kecil-kecilan, mencintai
budaya lokal ketimbang budaya barat umpama, lebih banyak membaca buku ketimbang
gadget di tangan. Dengan kegiatan seperti di atas, dalam doa di tangan dan hati
kita yang dipenuhi semoga dan harapan besar, kita dapat merubah Indonesia
menjadi negara merdeka yang "sebenar-benarnya".
.2016
Komentar
Posting Komentar